Sikap Orang Tua Terhadap Anak Tunarungu
1. Jadilah Orang Tua yang Kompak
Peran orang tua sangat penting, tidak dipungkiri bahwa sebagai individu yang berbeda antara suami dan seorang ibu kadang-kadang berbeda pendapat atau sudut pandang. Mungkin itulah sebabnya ada yang mengatakan : Man from Mars and Women from Venus. Dalam pengasuhan anak, segala perbedaan-perbedaan itu harus dihilangkan jika memungkinkan, jika tidak mungkin dihilangkan, maka harus diminalkan. Sebagai parents haruslah kompak, meskipun sebagai individu yang berbeda (suami dan istri) mempunyai perbedaan pendapat. Anak-anak menanggapi parents sebagai leaders atau pemimpinnya, dan sebagai peminpin kita harus kompak.
2. Teliti Pendapat Para Ahli
Usahakan untuk "memadukan" setiap pendapat dari para ahli, psikolog, therapist, guru di sekolah, guru les, pengasuh, bahkan teman-teman nya. Teliti segala bentuk opini tersebut, jangan terlalu dini untuk membuat justifikasi ataupun kesimpulan (do not make a primary judgment).
3. Intervensi Secara Wajar
Bedakan intervensi dan eksploitasi. Intervensi dalah batas tertentu cenderung memiliki konotasi positif. Intervensimempunyai makna membantu anak untuk tumbuh kembang dengan baik sesuai dengan bakat, minat dan kecerdasan yang dimiliki tanpa paksaan. Di lain pihak "eksploitasi" berkonotasi negatif karena cenderung untuk "memaksa" anak harus bisa, harus pandai dan harus juara. Kecerdasan tumbuh, karena simulator faktor-faktor eksternal yang perlahan dan dalam jangkan waktu yang panjang.
4. Sebagai Ibu, Jadilah seorang pengamat yang baik
Sebagai ibu, berusahalah menjadi seorang "observer", mengamati perkembangan putra dan puteri secara simultan, mengamati perkembangan perilaku dan emosionalnya.
5. Menganjurkan anak menggunakan alat bantu dengar (Use Hearing Aid)
Hampir tidak mungkin bagi seorang tunarungu berat (profound) untuk tidak menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD), carilah seribu satu cara agar dia termotivasi untuk menggunakannya. Contohnya (a) memberi reward, setelah full day dia bersedia secara sukarela menggunakan ABD, berikan hadiah-hadiah kecil yang dia inginkan. Untuk anak-anak usia balita, ini umumnya berhasil, tetapi jika si anak main besar harus dicarikan cara-cara yang lebih kreatif, (b) Trade-off, buatlah penawaran, semacam if-then, dalam hal ini kita lebih condong kearah membujuk. Contoh jika pakai alat bantu, baru dapat coklat. Jika pakai alat bantu, baru beli mobil-mobilan dll. Kesannya memang rumit, tetapi percayalah bahwa, lama kelamaan seiring dengan berlalunya waktu hilangkan lah kebiasaan memberi reward secara bertahap. Pada rentang waktu tertentu, anak-anak tunarungu akan nyaman dengan ABD nya, Dia akan merasa memiliki ketergantungan ABD karena dia dapat mendengarkan suara-suara lebih baik, menonton film kartun favoritnya, berbicara dengan temannya, dll.
6. Buatlah Kartu Bahasa (Language Card)
Pembuatan kartu ini merupakan pekerjaan yang wajib dikerjakan, tanpa mengenal lelah. Secara umum, kartu-kartu ini terbagi menjadi lima golongan besar : (a) Kartu Huruf; (b) Kartu Kata Benda; (c) Kartu Kata Kerja; (d) Kartu Kata Sifat; (e) Kartu Angka. Pada prinsipnya setiap kata yang akan diajarkan ditunjukkan bendanya/dipraktekan/dll.
7. Melatih Membaca, Menulis, Berhitung
Latihan membaca, menulis dan berhitung dilakukan dengan menggunakan kartu secara rutin. (a) Secara umum, anak pada usia 2 -5 tahun belum memiliki konsentrasi yang penuh. (b) Anak belum memahami pengertian belajar, untuk apa belajar, apa manfaat belajar dll. Oleh karena itu lah harus pintar membuat jam belajar menjadi jam yang menyenangkan dengan kata lain belajar sambil bermain. (c) Cepat bosan. Kartu-kartu secara periodik harus diganti, sehingga tidak membosankan. (b) Menghindari kesan terpaksa atau beban bagi anak, kegiatan belajar harus dilakukan sambil bermain. Contohnya menghitung berapa jumlah telur di kulkas, berapa jumlah apel, berapa jumlah permen susu yang ada disakunya, berapa jumlah jari tangannya, menonton film kartu bahasa inggris dengan subtittle bahasa indonesia, dll.
8. Memperbanyak support (dukungan)
Mencegah anak putus asa agar tidak berhenti untuk mengeluarkan suara (berbicara), Berikanlah dia selalu dukungan penuh (fully support). Bagaimanapun juga style pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan anak baik fisi, intelektual, dan emosi mereka. Kita tidak perlu otoriter, sebagai orang tua harus berusaha lapang dada untuk menerima kesalahan-kesalahan yang terkadang dilakukan oleh anak-anak. Part of Leranging is making mistake, justru dari kesalahan-kesalahan itu anak-anak belajar.
9. Mengenalkan Jenis-jenis suara
Kenalkan berbagai macam-macam suara. seperti suara burung berkicau, suara sirine, klakson mobil, peluit, musi dll. Idealnya jika suara ini tidak cukup keras maka harus direkam kemudian didengarkan bersama dengan volume suara yang lebih keras. Mendampingi dan mendukung anak-anak tunarungu ini dimaksudkan untuk meningkatkan tiga keterampilan sebagai berikut : Kemampuan mendengar, Menirukan Bunyi (bicara), dan Berbahasa atau berkomunikasi.
10. Berbicara dengan bahasa verbal
Melatih anak berbicara/berbahasa verbal. dengan membiasakan berbicara kepada anak dengan menggunakan bahasa verbal tanpa menggunakan isyarat. Anak dapat membaca bibir, dengan bantuan ABD kita melatih anak untuk mengucapkan kata-kata, meskipun anak berbicara tidak karuan/tidak jelas lambat laun dengan terbiasa anak menjadi bisa (dari berbicara tidak jelas menjadi jelas)
0 komentar
Posting Komentar